Debussy dan Gamelan

Sebussy dan Gamelan

Debussy dan Gamelan - Tahun 1889 di Paris Claude Debussy kebetulan menghadiri pagelaran konser gamelan Jawa/Bali yang langsung membuka mata telinga serta keterarahan artistiknya secara pasti yang kemudian melahirkan impresionisme di dunia musik konser, terutama di Perancis. Terhadap gamelan Jawa/Bali sendiri Debussy berpendapat, Quote: "Javanese music is based on a type of counterpoint by comparison with which that of Palestrina is child's play. And if one listens, without European prejudice, to the charm of their percussion, one must confess that ours is only a country fair racket."

Pemusik Indonesia yang serius biasanya dengan bangga menyodorkan fakta ini, yaitu pengaruh gamelan Jawa/Bali terhadap perkembangan musik konser Barat lewat Debussy. Dalam kenyataannya, Debussy sendiri memang mempengaruhi Stravinsky dan membuka jalan untuk Schoenberg serta komponis atonal lainnya. 

Gamelan Jawa/Bali sendiri secara musikal adalah musik yang paling murni dari pengaruh luar, baik struktur nstrumennya maupun ekspresi artistik semuanya murni lahir dari Jawa/Bali sendiri.

Tanpa perlu didebat lagi, musik adalah bentuk seni yang paling populer di dunia. Hanya dalam seni musik ada fenomena seperti 'Top 40' yang secara periodik diolah. Di dunia ini pun ada banyak orang yang tidak mengerti, tidak mengenal dan tidak pernah membaca sastra; ada banyak juga yang tidak pernah masuk ke musium untuk menikmati karya lukis; banyak sekali yang rumahnya kosong melompong dari hiasan artistik secara seni. 

Tapi, praktis semua orang di dunia ini gila musik, mendengar musik dan di rumahnya memiliki perangkat buat memainkan musik. Dengan status paling populer ini maka seperti biasa, musik pun menjadi bentuk seni yang paling sedikit dimengerti.

Kebanyakan orang merasa musik itu cukup didengar saja dengan kuping, dan tidak perlu dipahami secara intelektual. Atau, kalau pun mau dipahami, maka konteksnya dikaitkan dengan isi lirik vokalnya, bukannya pemahaman atas ekspresi intelektualitas di baliknya. 

Tapi perlu ditegaskan sekarang bahwa musik tidaklah berbeda dengan bentuk ekspresi kultural lainnya. Musik, sebagaimana filsafat, seni rupa, seni lukis, juga sangat terpengaruh oleh lingkungan kanan kirinya. 

Potongan pengaruh lingkungan itulah yang kemudian secara tersurat diungkapkan melalui filsafat, seni lukis, seni rupa, dan juga musik. Dengan demikian, intelektualitas atas karya musik pun tidak bisa dilepaskan atas pemahaman si komponis atas dunia di sekitarnya. 

Gara-gara hanya cenderung dinikmati tanpa dipahami, maka diskursus atas musik dalam kedudukannya sebagai ekspresi intelektual pun langsung menjadi subyek yang sulit dan kompleks. Karena itulah essai dan diskursus ini pun perlu membatasi diri secara spesifik. Yaitu, kenapa Debussy bisa terpengaruh oleh konser gamelan di Paris waktu itu? Dari sisi 

Debussy atau tradisi musik Barat waktu itu, apakah latar belakangnya sehingga Debussy pun terkejut waktu mendengar struktur bunyi dan komposisi gamelan? Dan dari sisi intelektualitas-musikal gamelan itu sendiri, apakah yang sebetulnya ditawarkan olehnya ke Debussy? 

Saya sendiri secara pribadi berharap bahwa jawaban atas pertanyaan itu bisa secara langsung meningkatkan apresiasi musikalitas Anda terhadap gamelan itu sendiri. Dan secara lebih luas lagi, membuka pemahaman Anda atas perbedaan kultural Barat-Timur melalui ekspresi musikalitasnya.

sumber foto: https://travel.tempo.co/

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url