Psikologi Komunikasi: Kognisi Sosial Tentang Diri dan Motivasi Diri

psikologi komunikasi: kognisi sosial

Kognisi Sosial Tentang Diri

Pengertian Kognisi Sosial Tentang Diri dan Pengembangan Diri

William James mengatakan, seorang bisa menjadi objek pikirannya sendiri. inilah kognisi sosial. Kita melakukan proses yang oleh Gordon Allport disebut Becoming, di mana kita mengembangkan, memodifikasi, dan menyaring identitas personal dan pemahaman tentang diri sendiri "diri" kita dan konsep kita tentang diri kita sendiri. inilah yang dimaksud dengan self development.

Self-development kita kebanyakan terbentuk dari interaksi dengan orang-orang terdekat kita dimasa kanak-kanak. orang-orang ini menjadi panutan bagi kita dalam bertindak,berpikir, dan merasa tentang diri sendiri. mereka disebut Significant Others, yaitu orang-orang yang sangat penting artinya bagi diri seseorang.

Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap kita disebut Generalized Others. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pengembangan diri seseorang makin meluas seiring dengan perkembangan orang tersebut. 

Jika mula-mulanya yang berpengaruh adalah keluarga, dengan makin bertambahnya usia bertambah pula pihak-pihak yang berpengaruh: teman, kelompok, organisasi hingga masyarakat. selain itu media komunikasi juga berperan dalam self-development kita.

Self Awareness (Kesadaran Diri)

Self Awareness (Kesadaran Diri) adalah perhatian orang yang terfokus pada diri sendiri, perasaannya, nilai,maksud dan evaluasi dari orang lain. 

Self Awareness membantu kita untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita, menyadari bahwa tingkah laku kita dikendalikan oleh pikiran kita. 

Dengan kata lain kesadaran diri membantu kita mengetahui siapa kita dan apa yang kita inginkan. 

Self Schemata (Skema Diri)

Skema diri merupakan kategorisasi gagasan mengenai stimuli yang dikembangkan oleh diri sendiri. oleh karena itu Self Schemata adalah seperangkat susunan Self-Generalization (hal-hal umum) dari diri seseorang, yang didapat dari penilaian yang dilakukan sendiri atau orang lain.

Sifat-sifat yang berhubungan atau relevan dan pent ing bagi pikiran seseorang mengenai dirinya sendiri disebut Schematic Traits. 

Contoh: seorang pelajar (yang selama ini selalu mendapat ranking teratas di sekolah) menepatkan kecerdasan sebagai Schematic Trait.

Aschematic Traits

Sifat-sifat kepribadian yang tidak penting bagi self-concept seseorang disebut dengan aschematic trait. Oleh karenanya beberapa sifat merupakan schematic artinya relevan dengan deskripsi seseorang, maka beberapa informasi juga relevan dengan seseorang, yang disebut dengan self-refrence (rujukan diri). 

Informasi yang relevan bagi seseorang biasanya diikuti dengan lebih baik dan diingat lebih akurat. Ini adalah suatu kecenderungan yang disebut self-refrence effect. 

Contohnya: seseorang berencana menjadi guru music. Musik dan mengajar merupakan hal penting bagi self-schema orang tersebut karena merupakan bagian dari apa yang dipikirkan berdasarkan susunan informasi di memori. 

Oleh karenanya ia akan lebih memperhatikan berita-berita tentang musik .

Motivasi Diri

Mengapa kita termotivasi untuk melakukan sesuatu? atau sebaliknya, mengapa kita tidak punya motivasi untuk melakukan sesuatu? banyak penelit ian psikologi sosial berfokus pada cara diri dimot ivasi untuk mengumpulkan informasi,mengingat, dan memprosesnya, dan bert indak dalam lingkungan sosial. 

Motivasi bukanlah suatu benda yang dapat dilihat secara kasat mata. Namun, motivasi dalam diri seseorang akan tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.

Motivasi adalah suatu kekuatan seseorang atau keadaan yang kompleks serta kesiapan yang terdapat dalam diri seseorang untuk bergerak ke arah yang menjadi tujuannya, 

baik hal tersebut disadari atau tidak. Dalam konteks psikologi pembelajaran, Makmun mengemukakan beberapa indikator yang menunjukkan adanya motivasi dalam diri seseorang, yakni:

  • Keuletan dan ketabahan dalam melakukan sesuatu, meskipun dihadapkan dengan berbagai rintangan
  • Konsistensi terhadap sesuatu yang dilakukan
  • Durasi dan frekuensi pelaksanaan kegiatan
  • Kemauan untuk berkorban
  • Prestasi yang dicapai
  • Sikap terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan

Motivasi sangat berpengaruh terhadap apa yang ingin dicapai, karena dari sinilah seseorang bisa melakukan sesuatu, sesuatu yang menjadi upaya untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Motivasi Diri Dapat Dilihat Dalam Tiga Hal :

1. Self-Consistency (Konsistensi Diri)

Gambaran kita tentang diri sendiri sulit untuk berubah, ini terjadi seimbang, baik di Self-Concept Positif maupun Self-Concept Negatif. 

Sebuah penjelasan untuk hal tersebut adalah kita terdorong untuk mempertahankan konsistensi penilaian diri kita di masa lalu dan kini, begitu pula dengan berbagai elemen kognisi (seperti sikap dan perilaku).

Ketika konsistensi diri seseorang menemui tantangan maka orang itu biasanya akan menguatkan penilaian dirinya sendiri, daripada memikirkan kembali pertentangan yang terjadi.

Kebutuhan untuk seimbang terkadang menjadi menjadi motivasi kita untuk mengubah pikiran. Misalnya, seorang artis idola merekomendasikan produk yang belum pernah anda dengar sebelumnya. kebutuhan anda untuk mempertahankan keseimbangan antara gagasan dan pendapat akan menjadikan anda cenderung menyukai produk tersebut, dengan kuatnya rekomendasi artis itu.

Bentuk dari Self Motivation melibatkan rasionalitas kita tentang perilaku kita. meskipun setiap orang mampu berlogika, tetapi tidak setiap perilaku mempunyai logika yg baik sebelum dilakukan. 

Leon Festinger mengidentifikasikan dua keadaan yang menimbulkan kebutuhan akan pembenaran diri, yaitu : Insufficient Justification dan Decision-making

Ketika seseorang berbuat sesuatu yang tidak mendapat pembenaran, mungkin dia akan membangun rasionalitas Self-Justification untuk memulihkan Self-Consistency dirinya. Self-Justification juga dibuat dengan cepat setelah seseorang membuat suatu keputusan yang sulit.

2. Self Enhancement (Peningkatan Diri)

Self Motivation yang besar adalah perlindungan dan pertahanan akan Self-Esteem (harga diri). dikatakan bahwa banyak orang yang menderita karena self esteem-nya rendah. 

Di luar itu ada bentuk-bentuk lain Self Enchancement, (1) Self-Serving Processes dan (2) Self-Presentation Processes.

Bentuk-Bentuk Lain Self-Enhancement :

Self-Serving Processes

a. Egocentric Bias (Bias Egosentris)

Egosentris atau pemusatan diri (Self-Conteredness) bisa membuat pengolahan dan pengingatan informasi menjadi bias. 

Salah satu bentuk bias egosentris dalam suatu hubungan adalah menyatakan kontribusi dirinya lebih banyak dibanding yang lain. 

Social Comparison menimbulkan efek bagi penilaian dari perilaku positif atau negative seseorang.

b. False Comparison Effects (Efek Perbandingan Palsu)

c. Beneffectance

Proses Self-Serving yang lain terjadi ketika mengambil kesimpulan tentang diri dari tindakan yang kita lakukan. 

Dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, kita bukan hanya menyampaikan atau menerima pesan, tetapi juga melakukan pengolahan kesan (Impression Management). 

Impression Management  terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner).Ketika kita berhadapan dengan orang lain, kita merasa ada tekanan yang membuat kita bertindak semestinya.

Self Presentation Processes (Penyajian Diri)

Self-Monitoring (Pengawasan Diri)

Self-monitoring yaitu pengawasan terhadap tindakan kita guna mencapai tujuan tertentu. High Self-Monitoring memberi perhat ian lebih pada orang lain, melihat dan menanggapi orang lain untuk menyenangkan mereka. 

Sebaliknya, orang dengan Low Self-Monitoring berperilaku konsisten pada situasi apapun, yaitu dengan mempertahankan nilai-nilai mereka, dan mengarahkan perilaku dengan prinsip yang dimiliki, bukan karena alasan pragmatis.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url